
Selama bertahun-tahun, kayu merbau telah dikenal sebagai salah satu material paling populer untuk membuat pintu, kusen, dan jendela di berbagai wilayah di Indonesia.
Tak terkecuali di Papua, kayu merbau atau yang biasa disebut kayu besi oleh masyarakat sekitar masih jadi andalan.
Kayu merbau atau kayu besi terkenal kuat, tahan lama, dan memiliki serat indah yang membuatnya digemari masyarakat ataupun pelaku konstruksi.
Tidak heran banyak rumah tradisional ataupun bangunan modern di Papua yang masih menggunakan kayu merbau.
Tapi, saat ini keberadaan kayu merbau semakin sulit ditemukan di Papua. Alasannya beragam, mulai dari akibat tingginya permintaan pasar hingga penyebab yang menyedihkan yakni pembalakan liar di tanah Papua.
Baca juga tentang pintu baja Fortress pengganti pintu kayu putih di Papua yang mulai langka dalam pembahasan artikel kami sebelumnya.
Penyebab Kelangkaan Kayu Besi di Papua
ilustrasi hutan gundul
Kelangkaan kayu besi atau kayu merbau di Papua bukan tanpa alasan. Kayu ini biasanya membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk tumbuh dan siap ditebang, sedangkan tingkat eksploitasinya jauh lebih cepat dibanding kemampuan alam untuk memulihkannya.
Situasi ini semakin diperburuk dengan praktik pembalakan liar yang dilakukan di Papua sehingga semakin mengancam kelestarian kayu merbau. Sudah banyak upaya yang dilakukan pihak berwajib untuk memberantas praktik ilegal ini.
Seperti pada tahun 2018, aparat berhasil menggagalkan upaya penyelundupan 40 kontainer kayu merbau ilegal yang hendak dikirim ke luar Papua. Empat tahun kemudian pada 2022 kasus serupa muncul di mana 57 kontainer kayu merbau ilegal berhasil disita di Papua.
Dua kasus besar tersebut hanya sebagian kecil dari fenomena pembabatan liar yang masih terjadi hingga kini. Di luar kasus tersebut, masih banyak kasus-kasus kecil yang tidak dipublikasikan namun memiliki dampak berarti bagi alam.
Dampak dari semakin langkanya kayu besi atau merbau di Papua sangat terasa karena selama ini masyarakat masih mengandalkan kayu tersebut untuk membangun rumah.
Untuk itu, masyarakat Papua perlu mencari alternatif material pembuatan pintu lainnya agar bisa mengurangi dampak ekologis ini.
Baja juga tentang pintu baja Fortress solusi pintu ramah lingkungan dibalik krisis tambang nikel di Raja Ampat Papua dalam pembahasan artikel kami sebelumnya.
Alternatif Pintu Kayu Besi di Papua: Pintu Baja Fortress
pintu baja fortress
Di tengah kelangkaan kayu merbau yang semakin sulit di Papua, hadir solusi modern yang lebih praktis sekaligus tahan lama, yakni Pintu Baja Fortress. Pintu ini merupakan pintu berbahan baja tanpa sambungan yang kualitasnya lebih baik dari kayu merbau.
Karena terbuat dari material baja tanpa sambungan, pintu ini sangat tahan terhadap rayap, kelembaban, bahkan tidak mudah melengkung atau susut meski menghadapi cuaca yang begitu ekstrem di Papua.
Selain itu, Pintu Baja Fortress juga dirancang dengan berbagai macam desain yang menarik, desainnya bisa Anda sesuaikan dengan model rumah Anda. Tersedia pintu baja model klasik, modern, ataupun minimalis.
Soal keamanan tak perlu diragukan lagi, pintu baja Fortress sudah dilengkapi dengan kusen, engsel, serta handle yang memiliki hingga 8 titik penguncian. Banyaknya titik penguncian ini membuat maling akan semakin sulit membobol pintu rumah Anda.
Meski terbuat dari material yang berkualitas, desain elegan dan modern, seerta sistem keamanan yang kuat, harga pintu baja ini tergolong terjangkau. Anda bisa mendapatkan pintu baja Fortress dengan hanya merogoh kocek mulai dari Rp 1 jutaan saja.
Bahkan mungkin harga pintu baja Fortress versi ekonomis Rp 1 jutaan ini lebih murah dibandingkan membuat pintu dari kayu besi atau kayu merbau di Papua, namun Anda akan mendapatkan kualitas pintu yang jauh lebih baik dengan jika menggunakan pintu baja Fortress.
Tertarik memiliki pintu baja Fortress sebagai pengganti pintu kayu besi di Papua? Silahkan hubungi nomor WhatsApp di bawah ini untuk mendapat informasi seputar katalog, harga, dan motif yang tersedia.